Tuesday, October 23, 2018

Refleksi Filsafat Pendidikan Pertemuan Ketiga


Rabu, 26 September 2018
Ningrum Perwitasari (18706261002)
Pendidikan Dasar S3 2018

Refleksi Pertemuan Ketiga

Pertemuan diawali dengan sesi pertanyaan mengenai pernyataan sebab akibat, semacam apa itu sebab, apa itu akibat, dan jawabannya seperti biasa, jauh dari perkiraan kami, akhirnya kami mendapat skor nol semua seperti harapan Prof. Marsigit. Program nolisasi berhasil, hal ini ditujukan agar sebelum belajar filsafat menurunkan ego dan kesombongan kami.  
Materi pertemuan ini adalah mengenai konsep pentingnya ada dan tidak ada. Persoalan filsafat ada dua, yaitu menjelaskan yang ada di dalam pikiran dan yang belum ada dalam pikiran. Misalnya kita belum tahu warna HP teman kita, sebut saja A, informasi HP si A ini belum masuk dalam pikiran kita, jd kita tidak bisa menjawab apa warna HP si A. Lalu A menunjukkan HPnya, berwarna silver, informasi HP si A berwarna silver masuk ke dalam pikiran kita, sehingga ketika orang menanyakan HP si A warnanya apa kita bisa menjawab silver warnanya, bahkan HP si A dimasukkan di saku yang tidak tembus pandang kita tetap tahu warna HP si A adalah silver. Informasi baru yang masuk itu tiba-tiba sudah ada dalam pikiran kita, kadang bisa dirasakan, kadang bisa dilihat. Proses masuknya informasi baru ini adalah epistemology.
Objek filsafat dibagi menjadi dua, objek moral dan objek material. Objek material adalah filsafat itu sendiri dari segi keilmuannya, dimana keilmuan ini harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan didapat dengan metode ilmiah. Sementara objek formal adalah mengenai dari sudut pandang mana seseorang menelaah suatu objek material filsafat.
 Sementara alat bantu untuk mempelajari filsafat adalah bahasa analog. Bahasa ini tidak hanya sekedar persamaan, penggambaran, perbandingan, kiasan atau kemiripan. Analog ini adalah konfromitas dari dua hal yang berbeda, unsurnya ikonik.
Sementara sebenar-benarnya orang berilmu adalah orang yang menyadari dirinya tidak tahu apa-apa, menurut Socrates. Karena dengan menyadari tidak tahu apa-apa maka seseorang akan terus belajar dan belajar, mencari tahu sampai mendalam, dengan metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ketika seseorang belum menyadari dirinya tidak tahu apa-apa maka ia akan cepat berpuas diri, dan bahkan terkena banyak masalah karena tahu banyak hal. Meski begitu, dari Socrates kita bisa belajar agar tetap tidak sombong dan merasa memiliki segalanya ketika tahu banyak hal. Dan mengajari kita untuk terus belajar dan belajar semua hal dengan mendalam.

Referensi :
https://powermathematics.blogspot.com/
https://www.uny.ac.id/

No comments:

Post a Comment

Refleksi Filsafat Pendidikan Pertemuan Kelima

Rabu, 17 Oktober 2018 Ningrum Perwitasari (18706261002) Pendidikan Dasar S3 2018 Refleksi Pertemuan Kelima Pertemuan diawali d...