Rabu,
26 September 2018
Ningrum
Perwitasari (18706261002)
Pendidikan
Dasar S3 2018
Refleksi
Pertemuan Ketiga
Pertemuan diawali
dengan sesi pertanyaan mengenai pernyataan sebab akibat, semacam apa itu sebab,
apa itu akibat, dan jawabannya seperti biasa, jauh dari perkiraan kami,
akhirnya kami mendapat skor nol semua seperti harapan Prof. Marsigit. Program
nolisasi berhasil, hal ini ditujukan agar sebelum belajar filsafat menurunkan
ego dan kesombongan kami.
Materi pertemuan ini
adalah mengenai konsep pentingnya ada dan tidak ada. Persoalan filsafat ada dua,
yaitu menjelaskan yang ada di dalam pikiran dan yang belum ada dalam pikiran. Misalnya
kita belum tahu warna HP teman kita, sebut saja A, informasi HP si A ini belum
masuk dalam pikiran kita, jd kita tidak bisa menjawab apa warna HP si A. Lalu A
menunjukkan HPnya, berwarna silver, informasi HP si A berwarna silver masuk ke
dalam pikiran kita, sehingga ketika orang menanyakan HP si A warnanya apa kita
bisa menjawab silver warnanya, bahkan HP si A dimasukkan di saku yang tidak
tembus pandang kita tetap tahu warna HP si A adalah silver. Informasi baru yang
masuk itu tiba-tiba sudah ada dalam pikiran kita, kadang bisa dirasakan, kadang
bisa dilihat. Proses masuknya informasi baru ini adalah epistemology.
Objek filsafat dibagi
menjadi dua, objek moral dan objek material. Objek material adalah filsafat itu
sendiri dari segi keilmuannya, dimana keilmuan ini harus dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan didapat dengan metode ilmiah. Sementara
objek formal adalah mengenai dari sudut pandang mana seseorang menelaah suatu
objek material filsafat.
Sementara alat bantu untuk mempelajari
filsafat adalah bahasa analog. Bahasa ini tidak hanya sekedar persamaan,
penggambaran, perbandingan, kiasan atau kemiripan. Analog ini adalah
konfromitas dari dua hal yang berbeda, unsurnya ikonik.
Sementara
sebenar-benarnya orang berilmu adalah orang yang menyadari dirinya tidak tahu
apa-apa, menurut Socrates. Karena dengan menyadari tidak tahu apa-apa maka
seseorang akan terus belajar dan belajar, mencari tahu sampai mendalam, dengan
metode ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Ketika seseorang
belum menyadari dirinya tidak tahu apa-apa maka ia akan cepat berpuas diri, dan
bahkan terkena banyak masalah karena tahu banyak hal. Meski begitu, dari
Socrates kita bisa belajar agar tetap tidak sombong dan merasa memiliki
segalanya ketika tahu banyak hal. Dan mengajari kita untuk terus belajar dan
belajar semua hal dengan mendalam.
Referensi :
https://powermathematics.blogspot.com/
https://www.uny.ac.id/
Referensi :
https://powermathematics.blogspot.com/
https://www.uny.ac.id/
No comments:
Post a Comment