Tuesday, October 23, 2018

Refleksi Filsafat Pendidikan Pertemuan Kelima


Rabu, 17 Oktober 2018
Ningrum Perwitasari (18706261002)
Pendidikan Dasar S3 2018

Refleksi Pertemuan Kelima

Pertemuan diawali dengan tanya jawab singkat mengenai berbagai jenis filsafat. Mulai dari filsafat yang berlanjut, filsafat yang berhenti, filsafat yang besar, filsafat yang kecil, sampai filsafat yang berubah dan tetap. Jauh dari pikiran kami jawabannya adalah filsafat makrokosmis, filsafat mikrokosmis, filsafat eraklitas, filsafat perminides, filsafat analitik, filsafat idea, filsafat mitos, filsafat logos dll. Lalu dilanjutkan dengan kami membuat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya didiskusikan bersama-sama.
Materi diawali dengan pemaknaan filsafat. Bahwa filsafat harus dipahami secara mendalam, diimplementasikan, tidak dihafalkan. Jika dihafalkan, namanya mitos, mitos tidak sepenuhnya langsung salah, karena tanpa mitos tidak akan ada logos. Mitos bisa digambarkan sebagai sesuatu yang belum dipelajari dengan mendalam, namun ketika sudah dipelajari secara mendalam menjadi logos. Sebenar-benarnya hidup mitos adalah logos yang harus didalami. Namun ada suatu hal yang tidak boleh dibuat sebagai mitos, yaitu spiritualitas. Spiritualitas kita jangan samoai hanya dipahami sebagai sesuatu yang dihafalkan, karena ini terkait dengan keyakinan kita, yang mana jangan sampai diragukan.
Mengapa harus dimulai dengan ada dan tidak ada? Permulaian adalah sebuah dasar, landasan, foundalisme. Semua hal harus dimulai dengan foundalisme, karena itu adalah hal yang fundamental, yang sangat mendasari, dan menjadi awalan sesuatu. Semua hal yang kita lakukan memiliki foundalisme, utamanya berdoa, karena ketika melakukan hal apapun kita akan berdoa terlebih dahulu. Dasar doa inilah yang akan menguatkan apa yang kita lakukan.
Filsafat di dalam artinya filsafat yang ada di dalam pikiran kita, yaitu olah pikir atau logos. Sementara yang di luar adalah yang belum kita pahami atau belum masuk dalam pikiran seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Bagaimana bersikap adil? Adil adalah menyoal sesuai dengan tatanan ruang dan waktu. Adil bukan berarti sama besar. Termasuk adil adalah berlaku cerdas sesuai ruang dan waktu. Filsafat sendiri punya banyak musuh, maksudnya adalah apa yang menyebabkan filsafat menjadi sesuatu yang salah ruang dan waktu, yaitu salah tafsir, tergesa-gesa mengambil keputusan, tanpa berpikir mendalam tentang sesuatu.
Lalu bagaimana hubungan filsafat dengan ilmu psikologi? Psikologi adalah ilmu mengenai gejala jiwa, sementara filsafat adalah ilmu berpikir. Ilmu psikologi merupakan turunan dari filsafat. Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan berpikir suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya, sementara psikilogi mempelajari gelajal manusia dilihat dari segi kejiwannya. Filsafat termasuk ilmu murni, sementara psikologi ilmu murni dan praktis. Filsafat menggunakan kemampuan berpikir reflektif sementara psikologi menggunakan metode observasional atau eksperimental.
Lalu dilanjutkan dengan diskusi pertanyaan mengenai bagaimana menghadapi kekakuan seseorang? Orang strick adalah orang yang tidak cocok ruang dan waktunya. Kalau dalam peribahasa jawa disebut gege mangsa, yang artinya mendahului takdir, bahwa orang strick itu mendahului kehendak Tuhan. Padahal filsafat mengajarkan untuk memiliki sifat fleksibel sesuai ruang dan waktu. Mislanya ketika kita menghadapi anak SD, tentu saja kita yang harus menyesuaikan masuk dalam dunia anak SD, tidak mungkin anak itu yang menyesuaikan dengan dunia kita, sudah berbeda tingkatannya. Orang-orang strick inilah yang memaksakan sesuatu hal bukan pada ruang dan waktu yang  tepat.

Referensi:
https://powermathematics.blogspot.com/
https://www.uny.ac.id/

No comments:

Post a Comment

Refleksi Filsafat Pendidikan Pertemuan Kelima

Rabu, 17 Oktober 2018 Ningrum Perwitasari (18706261002) Pendidikan Dasar S3 2018 Refleksi Pertemuan Kelima Pertemuan diawali d...