Rabu,
19 September 2018
Ningrum
Perwitasari (18706261002)
Pendidikan
Dasar S3 2018
Refleksi
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua diawali
dengan program nolisasi oleh Prof Marsigit, dalam program ini kami diberi
pertanyaan yang ternyata jawaban kami selalu salah semua, dan kami mendapat
nilai nol. Makna dari program ini adalah bahwa belajar filsafat yang pertama
dilakukan adalah mengenolkan hati, mengikhlaskan diri menerima ilmu baru,
menyadarkan diri bahwa kita tidak boleh sombong, apa yang kita bisa lakukan
belum tentu itu adalah hal yang bisa bermanfaat di hal lain, di atas langit
masih ada langit.
Materi pertama adalah
mengenai kontradiksi, mengapa harus ada perbedaan di dunia ini.
Sebenar-benarnya ilmu, adalah kontradiksi, karena tanpa kontradiksi tidak akan
ada diskusi, semua orang menerima satu hal yang sama, tanpa mencari tahu lebih
lanjut mengenai hal itu. Itulah makna ilmu, yang ada di perbatasan dua
perbedaan. Perbedaan ini akan membuka diskusi untuk menggali lebih dalam sebuah
hal, sampai menemukan solusi terbaik dari perbedaan tersebut, apakah salah satu
yang benar, atau dua hal berbeda itu saling melengkapi.
Sebenar-benarnya
filsafat, adalah adab dan sopan santun. Semua hal di dunia ini ada ilmunya, ada
adabnya, ada sopan santunnya. Jadi ketika kita akan melakukan suatu hal, digali
dulu ilmu yang mendasarinya, bagaimana adab hal yang akan dilakukan itu, dan
bagaimana etika kesopannya, sehingga tidak akan salah langkah atau melenceng
dari etika yang berlaku.
Selain itu, filsafat
juga menyoal menggali informasi dan referensi. Sebenar-benarnya filsafat adalah
membaca, mencari referensi. Ketika akan melakukan sesuatu hal, filsafat
memandang kita harus menggali lebih dalam dahulu apa yang akan dilakukan,
bagaimana melakukan suatu hal itu dengan baik didasarkan dari kajian-kajian
ilmiah yang telah ada.
Filsafat bisa menjadi
berbahaya, ketika dilakukan tidak sesuai ruang dan waktu, tidak pada kondisi
yang tepat. Misalnya saja anggapan bahwa belajar filsafat membuat seseorang
berubah menjadi atheis, tentu saja ini tidak benar. Filsafat memandang
religiusitas di atasnya, ketika seseorang memandang filsafat di atas
religiusitas ini yang dimaksud menempatkan filsafat tidak pada tempatnya, tidak
menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi dan belum memahami sepenuhnya apa itu
filsafat.
Filsafat merupakan
sesuatu yang komprehensif, menyeluruh. Filsafat masuk dalam dunia universal,
spiritualis di dalam perasaan, iman, hati. Filsafat tidak bisa hanya dilakukan
di dalam pikiran saja.
Referensi :
https://powermathematics.blogspot.com/
https://www.uny.ac.id/
No comments:
Post a Comment