Rabu,
12 September 2018
Ningrum
Perwitasari (18706261002)
Pendidikan
Dasar S3 2018
Refleksi Pertemuan Pertama
Sejak pertama kali
mendapatkan perkuliahan mengenai filsafat mulai dari S1 saya sudah menjumpai
kesulitan mencerna materi filsafat. Rasanya setiap apa yang dosen katakan cukup
sulit dipahami, pun buku-buku yang harus dibaca, saya merasa sangat sulit
memahaminya. Kebingungan muncul ketika saya secara mandiri ataupun berkelompok
kecil diminta berpresentasi mengenai filsafat, terlebih jika teman-teman
bertanya sesuatu dan dosen memberi kesempatan kami untuk menjelaskan, sudah
keringat dingin sekali. Namun, pada pertemuan pertama filsafat ilmu bersama
Prof. Marsigit, saya sedikit lebih memahami kunci filsafat. Dan ketika saya
menyatakan kebingungan dan kesulitan saya dalam memahami filsafat Prof.
Marsigit menanggapi dengan tawa dan memperjelas bahwa filsafat itu ilmu pikir,
wajar jika saya bingung dan kesulitan memahaminya. Butuh pembiasaan sedikit
demi sedikit untuk memahami filsafat, ini yang tidak saya dapat sedari dahulu
belajar filsafat, dan butuh belajar sedikit demi sedikit untuk memahami
filsafat, ah ini yang saya cari selama ini.
Lalu kami ditunjukkan
mengenai video ketoprak yang dilakukan jajaran UNY ketika dies natalis, saat
itu Prof. Marsigit menjadi Rajanya, pak rektor menjadi pangeran penerus tahta,
namun ternyata ada punggawa Raja yang berniat jahat, namun Raja bisa melawan.
Dalam perlawanan itu Raja menunjukkan kemampuan berkelahinya, menangkis,
membalas serangan, mempertahankan diri saat diserang. Semacam penggambaran
dalam dunia ini pasti akan ada hal-hal jahat yang berusaha mencegah langkah
kita, namun jika kita bisa melawan berbagai tindak kejahatan itu kita akan
menang dan mendapat kejayaan serta kebahagiaan. Ketoprak ini juga menjadi bahan
integrasi dengan pendidikan. Bahwa ternyata banyak sisi-sisi pendidikan yang
terinspirasikan dari budaya. Bahwa pendidikan tidak akan pernah lepas dari
kebudayaan.
Dalam filsafat, ada
syarat yang harus dipenuhi terlebih jika ingin mempelajarinya. Sebelum belajar
filsafat, kita harus merundukkan kepala, ikhlas, jangan sombong. Tetapkan hati
terlebih dahulu, mantapkan spiritual lebih dulu, mantapkan aqidah lebih dahulu.
Saya cukup tercengang, karena selama belajar ilmu apapun saya belum
mempraktekkan hal semacam ini, mengikhlaskan hati dan pikiran, jangan sombong,
memantapkan spiritual lebih dahulu sebelum belajar, dan mengiyakan bahwa ketika
belajar apapun kita harus mengosongkan diri, tidak sombong, barulah pengetahuan
itu bisa diproses dengan maksimal, karena sudah diniatkan belajar pengetahuan
itu dengan ikhlas. Semacam guyuran spiritual yang cukup menyejukkan.
Mengapa harus
memantapkan spiritual, aqidah dan hati lebih dahulu? Karena setinggi-tingginya
ilmu, masih tinggi ilmunya Tuhan. Jangan pernah sekalipun berharap memahami
hati jika hanya menggunakan pikiran saja. Saya kembali tercengang, mengiyakan
bahwa di atas ilmu apapun, ilmu tertinggi adalah ilmu Tuhan. Jadi ketika ada
rumor yang mengatakan bahwa belajar filsafat itu membuat seseorang menjadi
atheis, itu sangat absurd, karena berfilsafat adalah mengolah pikir dan
berakhir pada ilmu Tuhan.
Lalu bagaimana peran
filsafat dalam ilmu agama? Bahwa olah pikir atau berfilsafat itu seperti
bermain layang-layang, benang atau tali yang menarik ulur laying-layang itu
adalah aqidah, iman, dan hati. Jika benang atau tali itu lepas, apa yang akan
terjadi? Layang-layangnya akan terbawa angina. Hidup kita akan berantakan
ketika tidak didasari spiritual dan hati. Bahwa jika kita hanya menggunakan
kemampuan pikir, itu hganya 2 % saja, sisanya, atau 98 %nya adalah kuasa Tuhan.
Dengan penjabaran semacam ini bagaimana bisa berfilsafat menyebabkan seseorang
menjadi tidak beragama? Sementara filsafat saja menempatkan ilmu Tuhan di
atasnya.
Paparan Prof. Marsigit
menjadi semacam titik temu, ah ini yang dimaksud filsafat, ah ini yang harus
dijadikan dasar dahulu sebelum belajar berfilsafat. Anehnya, saya
sedikit-sedikit mulai bisa memahami makna filsafat dari penjelasan Prof.
Marsigit. Apalagi setelah kami diberikan tugas untuk membaca, menelaah dan
memberikan komentar di blog Prof. Marsigit, Karena ternyata isi blog tersebut
adalah santapan lezat untuk sarapan ilmu, lengkap dari berbagai bidang. Meski
saya harus membaca artikelnya beberapa kali agar benar-benar bisa menelaah maksud
artikel Prof. Marsigit.
Referensi :
https://powermathematics.blogspot.com/
https://www.uny.ac.id/
Referensi :
https://powermathematics.blogspot.com/
https://www.uny.ac.id/
No comments:
Post a Comment