Tuesday, October 23, 2018

Refleksi Filsafat Pendidikan Pertemuan Pertama



Rabu, 12 September 2018
Ningrum Perwitasari (18706261002)
Pendidikan Dasar S3 2018

Refleksi Pertemuan Pertama

Sejak pertama kali mendapatkan perkuliahan mengenai filsafat mulai dari S1 saya sudah menjumpai kesulitan mencerna materi filsafat. Rasanya setiap apa yang dosen katakan cukup sulit dipahami, pun buku-buku yang harus dibaca, saya merasa sangat sulit memahaminya. Kebingungan muncul ketika saya secara mandiri ataupun berkelompok kecil diminta berpresentasi mengenai filsafat, terlebih jika teman-teman bertanya sesuatu dan dosen memberi kesempatan kami untuk menjelaskan, sudah keringat dingin sekali. Namun, pada pertemuan pertama filsafat ilmu bersama Prof. Marsigit, saya sedikit lebih memahami kunci filsafat. Dan ketika saya menyatakan kebingungan dan kesulitan saya dalam memahami filsafat Prof. Marsigit menanggapi dengan tawa dan memperjelas bahwa filsafat itu ilmu pikir, wajar jika saya bingung dan kesulitan memahaminya. Butuh pembiasaan sedikit demi sedikit untuk memahami filsafat, ini yang tidak saya dapat sedari dahulu belajar filsafat, dan butuh belajar sedikit demi sedikit untuk memahami filsafat, ah ini yang saya cari selama ini.
Lalu kami ditunjukkan mengenai video ketoprak yang dilakukan jajaran UNY ketika dies natalis, saat itu Prof. Marsigit menjadi Rajanya, pak rektor menjadi pangeran penerus tahta, namun ternyata ada punggawa Raja yang berniat jahat, namun Raja bisa melawan. Dalam perlawanan itu Raja menunjukkan kemampuan berkelahinya, menangkis, membalas serangan, mempertahankan diri saat diserang. Semacam penggambaran dalam dunia ini pasti akan ada hal-hal jahat yang berusaha mencegah langkah kita, namun jika kita bisa melawan berbagai tindak kejahatan itu kita akan menang dan mendapat kejayaan serta kebahagiaan. Ketoprak ini juga menjadi bahan integrasi dengan pendidikan. Bahwa ternyata banyak sisi-sisi pendidikan yang terinspirasikan dari budaya. Bahwa pendidikan tidak akan pernah lepas dari kebudayaan.
Dalam filsafat, ada syarat yang harus dipenuhi terlebih jika ingin mempelajarinya. Sebelum belajar filsafat, kita harus merundukkan kepala, ikhlas, jangan sombong. Tetapkan hati terlebih dahulu, mantapkan spiritual lebih dulu, mantapkan aqidah lebih dahulu. Saya cukup tercengang, karena selama belajar ilmu apapun saya belum mempraktekkan hal semacam ini, mengikhlaskan hati dan pikiran, jangan sombong, memantapkan spiritual lebih dahulu sebelum belajar, dan mengiyakan bahwa ketika belajar apapun kita harus mengosongkan diri, tidak sombong, barulah pengetahuan itu bisa diproses dengan maksimal, karena sudah diniatkan belajar pengetahuan itu dengan ikhlas. Semacam guyuran spiritual yang cukup menyejukkan.
Mengapa harus memantapkan spiritual, aqidah dan hati lebih dahulu? Karena setinggi-tingginya ilmu, masih tinggi ilmunya Tuhan. Jangan pernah sekalipun berharap memahami hati jika hanya menggunakan pikiran saja. Saya kembali tercengang, mengiyakan bahwa di atas ilmu apapun, ilmu tertinggi adalah ilmu Tuhan. Jadi ketika ada rumor yang mengatakan bahwa belajar filsafat itu membuat seseorang menjadi atheis, itu sangat absurd, karena berfilsafat adalah mengolah pikir dan berakhir pada ilmu Tuhan.
Lalu bagaimana peran filsafat dalam ilmu agama? Bahwa olah pikir atau berfilsafat itu seperti bermain layang-layang, benang atau tali yang menarik ulur laying-layang itu adalah aqidah, iman, dan hati. Jika benang atau tali itu lepas, apa yang akan terjadi? Layang-layangnya akan terbawa angina. Hidup kita akan berantakan ketika tidak didasari spiritual dan hati. Bahwa jika kita hanya menggunakan kemampuan pikir, itu hganya 2 % saja, sisanya, atau 98 %nya adalah kuasa Tuhan. Dengan penjabaran semacam ini bagaimana bisa berfilsafat menyebabkan seseorang menjadi tidak beragama? Sementara filsafat saja menempatkan ilmu Tuhan di atasnya.
Paparan Prof. Marsigit menjadi semacam titik temu, ah ini yang dimaksud filsafat, ah ini yang harus dijadikan dasar dahulu sebelum belajar berfilsafat. Anehnya, saya sedikit-sedikit mulai bisa memahami makna filsafat dari penjelasan Prof. Marsigit. Apalagi setelah kami diberikan tugas untuk membaca, menelaah dan memberikan komentar di blog Prof. Marsigit, Karena ternyata isi blog tersebut adalah santapan lezat untuk sarapan ilmu, lengkap dari berbagai bidang. Meski saya harus membaca artikelnya beberapa kali agar benar-benar bisa menelaah maksud artikel Prof. Marsigit.

Referensi :
https://powermathematics.blogspot.com/
https://www.uny.ac.id/

No comments:

Post a Comment

Refleksi Filsafat Pendidikan Pertemuan Kelima

Rabu, 17 Oktober 2018 Ningrum Perwitasari (18706261002) Pendidikan Dasar S3 2018 Refleksi Pertemuan Kelima Pertemuan diawali d...