Rabu,
17 Oktober 2018
Ningrum
Perwitasari (18706261002)
Pendidikan
Dasar S3 2018
Refleksi
Pertemuan Kelima
Pertemuan diawali
dengan tanya jawab singkat mengenai berbagai jenis filsafat. Mulai dari
filsafat yang berlanjut, filsafat yang berhenti, filsafat yang besar, filsafat
yang kecil, sampai filsafat yang berubah dan tetap. Jauh dari pikiran kami jawabannya
adalah filsafat makrokosmis, filsafat mikrokosmis, filsafat eraklitas, filsafat
perminides, filsafat analitik, filsafat idea, filsafat mitos, filsafat logos
dll. Lalu dilanjutkan dengan kami membuat pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya
didiskusikan bersama-sama.
Materi diawali dengan
pemaknaan filsafat. Bahwa filsafat harus dipahami secara mendalam,
diimplementasikan, tidak dihafalkan. Jika dihafalkan, namanya mitos, mitos
tidak sepenuhnya langsung salah, karena tanpa mitos tidak akan ada logos. Mitos
bisa digambarkan sebagai sesuatu yang belum dipelajari dengan mendalam, namun
ketika sudah dipelajari secara mendalam menjadi logos. Sebenar-benarnya hidup
mitos adalah logos yang harus didalami. Namun ada suatu hal yang tidak boleh
dibuat sebagai mitos, yaitu spiritualitas. Spiritualitas kita jangan samoai
hanya dipahami sebagai sesuatu yang dihafalkan, karena ini terkait dengan
keyakinan kita, yang mana jangan sampai diragukan.
Mengapa harus dimulai
dengan ada dan tidak ada? Permulaian adalah sebuah dasar, landasan,
foundalisme. Semua hal harus dimulai dengan foundalisme, karena itu adalah hal
yang fundamental, yang sangat mendasari, dan menjadi awalan sesuatu. Semua hal
yang kita lakukan memiliki foundalisme, utamanya berdoa, karena ketika
melakukan hal apapun kita akan berdoa terlebih dahulu. Dasar doa inilah yang
akan menguatkan apa yang kita lakukan.
Filsafat di dalam
artinya filsafat yang ada di dalam pikiran kita, yaitu olah pikir atau logos. Sementara
yang di luar adalah yang belum kita pahami atau belum masuk dalam pikiran
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.
Bagaimana bersikap
adil? Adil adalah menyoal sesuai dengan tatanan ruang dan waktu. Adil bukan
berarti sama besar. Termasuk adil adalah berlaku cerdas sesuai ruang dan waktu.
Filsafat sendiri punya banyak musuh, maksudnya adalah apa yang menyebabkan
filsafat menjadi sesuatu yang salah ruang dan waktu, yaitu salah tafsir,
tergesa-gesa mengambil keputusan, tanpa berpikir mendalam tentang sesuatu.
Lalu bagaimana hubungan
filsafat dengan ilmu psikologi? Psikologi adalah ilmu mengenai gejala jiwa,
sementara filsafat adalah ilmu berpikir. Ilmu psikologi merupakan turunan dari
filsafat. Filsafat adalah hasil akal manusia yang mencari dan berpikir suatu
kebenaran dengan sedalam-dalamnya, sementara psikilogi mempelajari gelajal
manusia dilihat dari segi kejiwannya. Filsafat termasuk ilmu murni, sementara
psikologi ilmu murni dan praktis. Filsafat menggunakan kemampuan berpikir
reflektif sementara psikologi menggunakan metode observasional atau
eksperimental.
Lalu dilanjutkan dengan
diskusi pertanyaan mengenai bagaimana menghadapi kekakuan seseorang? Orang strick
adalah orang yang tidak cocok ruang dan waktunya. Kalau dalam peribahasa jawa
disebut gege mangsa, yang artinya mendahului takdir, bahwa orang strick itu
mendahului kehendak Tuhan. Padahal filsafat mengajarkan untuk memiliki sifat
fleksibel sesuai ruang dan waktu. Mislanya ketika kita menghadapi anak SD,
tentu saja kita yang harus menyesuaikan masuk dalam dunia anak SD, tidak mungkin
anak itu yang menyesuaikan dengan dunia kita, sudah berbeda tingkatannya. Orang-orang
strick inilah yang memaksakan sesuatu hal bukan pada ruang dan waktu yang tepat.
Referensi:
https://powermathematics.blogspot.com/
https://www.uny.ac.id/